TUGAS 1.4.A.8. KONEKSI
ANTAR MATERI - MODUL 1.4
OLEH : SEFTI ANA WAHYUNINGTYAS, S.Pd
CGP ANGKATAN 9 KELAS 231 KOTA BLITAR
FASILITATOR: ERYKA DWIYANI, S.Pd
PP : TITIK KRISTIANA, M.Pd
- Buatlah sebuah kesimpulan mengenai
peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan
konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia
(hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas,
segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu
Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru
Penggerak, serta Visi Guru
Penggerak.
Jawab :
Menerapkan budaya positif adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh
seorang guru. Dengan penerapan budaya positif, maka akan menghasilkan suatu
ekosistem sekolah yang penuh dengan suasana positif. Hal positif itu akan mudah
menular jika dilakukan secara konsisten dan tentunya dilakukan secara kolaborasi.
Karena beragamnya karakter siswa dan guru, kita harus mengetahui konsep-konsep
inti budaya positif dalam penerapannya. Konsep-konsep inti dalam budaya positif
di antaranya disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan
penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan
segitiga restitusi. Materi tentang budaya postif sangat berkaitan dengan modul
yang dipelajari sebelumnya, yakni:
Ø
Kaitan
Budaya Positif dengan Materi Modul 1.1. Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar
Dewantara.
Budaya positif sangat berkaitan dengan filosofi
pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Dalam Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
dijelaskan mengenai pendidikan yang menuntun sesuai dengan kodrat anak. Dalam
proses menuntun tersebut tentunya membutuhkan ekosistem pendidikan yang
menerapkan budaya positif.
Ø
Kaitan
Budaya Positif dengan Materi Modul 1.2. Peran dan Nilai Guru Penggerak
Pemahaman tentang budaya positif akan mendukung peran
dan nilai guru penggerak dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Guru harus
senantiasa menerapkan konsep inti budaya positif dalam mengaktualisasikan nilai
dan peran yang dimilikinya.
Ø
Kaitan
Budaya Positif dengan Materi Modul 1.3. Visi Guru Penggerak
Dalam rangka mewujudkan visinya, seorang guru penggerak
harus menerapkan budaya positif dalam prosesnya. Visi guru yang luar biasa akan
mudah tercapai jika dirinya dan lingkungan pembelajarannya sudah menerapkan
budaya positif.
- Buatlah sebuah refleksi dari
pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif
ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
“Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin
positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan,
posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga
restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?”
Jawab :
Ø
Disiplin
Positif
Disiplin positif adalah pendekatan untuk menuntun kodrat
anak agar berdaya dalam mengontrol diri dan menguasai diri untuk memilih
tindakan yang mengacu nilai-nilai kebajikan. Disiplin positif menjadi komponen
utama dalam mewujudkan budaya positif.
Ø
Teori
Kontrol
Di dalam teori kontrol dijelaskan bahwa yang bisa
mengontrol seseorang adalah dirinya sendiri. Seseorang akan melakukan sesuatu
atau tidak tergantung dari dalam diri orang tersebut sesuai dengan motivasi
pemenuhan dasar yang dimilikinya.
Ø
Teori
Motivasi
Perilaku yang ditunjukkan manusia pasti memiliki
motivasi dan tujuan. Motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi internal dan
eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang diinginkan oleh seseorang
dalam rangka menghargai diri dengan nilai yang diyakininya. Sementara itu,
motivasi eksternal di antaranya adalah keinginan yang dilakukan dalam rangka
menghindari ketidaknyamanan/hukuman atau ingin mendapatkan imbalan/penghargaan.
Ø
Hukuman
dan Penghargaan
Hukuman dan penghargaan adalah salah satu cara
mengontrol perilaku murid yang secara tidak langsung menghambat potensinya.
Dalam jangka waktu tertentu, baik hukuman dan penghargaan akan sama0sama
memberikan dampak yang sama, yakni ketergantungan (bukan kemerdekaan) dan
tentunya mematikan motivasi internal seseorang.
Ø
Posisi
Kontrol Guru
Ada lima posisi kontrol guru, yakni:
·
Sebagai
penghukum
·
Sebagai
pembuat rasa bersalah
·
Sebagai
teman
·
Sebagai
pemantau
·
Sebagai
manajer
Ø
Kebutuhan
Dasar Manusia
Ada lima jenis kebutuhan dasar manusia, yakni
§ Kebutuhan bertahan hidup
§ Kasih sayang dan rasa memiliki
§ Kebebasan
§ Kesenangan
§ Penguasaan
Ø
Keyakinan
Kelas
Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh
warga kelas untuk menumbuhkan motivasi internal dan budaya positif di
kelas.
Ø
Segitiga
Restitusi
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga merupakan proses
kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka,
dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi
(tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Segitiga
Restitusi adalah alur untuk menegakkan keyakinan bersama di dalam kelas atau
sekolah. Ada tiga unsur segitiga restitusi, yakni:
§
Menstabilkan
identitas
§
Validasi
tindakan yang salah
§
Menanyakan
keyakinan
Ø
Hal yang menarik dan di luar dugaan
§
Ternyata
hukuman dan penghargaan tidak efektif untuk diberikan kepada siswa
§
Ada lima
posisi kontrol guru dalam menangani siswa yang bermasalah. Saat ini saya lebih
banyak di posisi guru sebagai teman dan guru sebagai pemantau. Ke depannya saya
akan selalu berusaha untuk menempatkan diri di posisi guru sebagai
manajer.
§
Dengan
mengetahui kebutuhan dasar manusia, kita bisa memetakan motivasi yang dilakukan
seorang siswa saat ia berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan/keyakinan
sekolah.
§
Keyakinan
kelas ternyata berbeda dengan aturan/kesepakatan kelas.
§
Saya
sering melakukan bagian dari segitiga restitusi, yakni menstabilkan identitas
dan validasi tindakan, tetapi saya baru tahu ada bagian menanyakan keyakinan
kelas. Hal itu cukup menarik dan penting untuk pemahaman saya.
- Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda
dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah
mempelajari modul ini?
Jawab :
Setelah mempelajari modul ini, ada perubahan cara berpikir saya,
yakni:
Ø Membuka sudut pandang saya tentang motivasi
yang dilakukan oleh seseorang dan kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan
dasarnya. Oleh sebab itu, saya bisa menganalisis apa yang dibutuhkan dan
diinginkannya sehingga bisa mempermudah dalam mencarikan solusi yang
tepat.
Ø Ternyata hukuman dan penghargaan kurang efektif
jika diterapkan dalam pembelajaran.
Ø Saya berpikir bahwa guru harus menempatkan
dirinya sebagai manajer dalam menangani permasalah pada siswa.
Ø Dengan segitiga restitusi saya percaya akan
mendukung pembelajaran yang berpihak kepada siswa dan mendukung terciptanya
budaya positif.
- Pengalaman seperti apakah yang
pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul
Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Jawab :
Saya pernah melakukan bagian dari segitiga restitusi,
tetapi tidak menerapkan langkah “menanyakan keyakinan” karena memang belum
membuat suatu keyakinan kelas/sekolah. Maka dari itu, kedepannya saya akan membentuk
keyakinan kelas agar bisa menjadi pedoman saat menerapkan segitiga restitusi
pada siswa.
- Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal
tersebut?
Jawab:
Saat mendapati siswa yang bermasalah, ada rasa amarah
yang muncul. Namun, saya segera sadar bahwa amarah justru akan menambah
masalah. Oleh sebab itu, saya menggali apa motivasi yang mendorong siswa untuk
berbuat salah. Saat siswa menyadari bahwa dia salah dan beruapaya memperbaiki
diri, saya cukup lega dan senang.
- Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan
konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu
diperbaiki?
Jawab : Dalam penerapan segitiga restitusi, saya kurang di bagian
menanyakan keyakinan. Untuk itu, ke depannya saya akan membuat keyakinan
kelas/sekolah untuk bisa dipedomani saat menerapkan segitiga restitusi kepada
siswa yang melakukan suatu kesalahan.
- Sebelum mempelajari modul ini,
ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi
manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat
itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai,
dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Jawab :
Sebelum mempelajari modul 1.4. saya lebih banyak menempatkan diri di
posisi guru sebagai teman dan pemantau. Perasaannya masih kurang puas karena
siswa terkadang masih melakukan masalah yang sama (berulang). Setelah
mempelajari modul ini saya akan memakai posisi sebagai manajer. Perbedaannya
adalah dengan posisi manajer, siswa bisa menyadari masalah yang dilakukannya
dan memberikan ruang kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan solusinya
sendiri.
- Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi
permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan
bagaimana Anda mempraktekkannya?
Jawab : Pernah, tetapi belum lengkap. Saya menerapkan dibagian
menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah. Nah, bagian yang belum
saya laksanakan adalah bagian menanyakan keyakinan karena belum ada pembentukan
keyakinan kelas/sekolah.
- Selain konsep-konsep yang
disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting
untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di
lingkungan kelas maupun sekolah?
Jawab :
Hal yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya
positif di lingkungan kelas atau sekolah adalah perlunya tindakan konsisten dan
kolaboratif untuk mendukung tumbuhnya budaya positif.
Di bagian
koneksi antarmateri modul 1.4., CGP juga diminta untuk membuat rancangan aksi
nyata modul 1.4. budaya positif. Berikut rancangan aksi nyata yang akan saya
laksanakan.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA
Judul Modul :
Sosialisasi Pembuatan Keyakinan Kelas dan Penerapan Segitiga Restitusi di
Sekolah
Nama Peserta :
Guru di TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 4
A. Latar Belakang
Pembelajaran di
sekolah akan berlangsung dengan baik jika didukung penerapan budaya positif. dengan
budaya positif, akan terwujud pembelajaran yang berpihak kepada siswa sehingga
siswa bisa belajar dengan aman, nyaman, dan senang. Untuk mendukung
terwujudnya budaya positif di sekolah perlu adanya pembentukan keyakinan kelas
dan penerapan segitiga restitusi. Di TK
AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 4 tidak semua guru paham tentang keyakinan
kelas dan segitiga restitusi. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi
tentang pembuatan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi bagi para
guru di TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 4.
B. Tujuan
Tujuan dari
aksi nyata adalah guru mendapatkan pemahaman mengenai keyakinan kelas dan
segitiga restitusi sehingga bisa diterapkan di sekolah untuk mendukung
terwujudnya budaya positif.
C. Tolok Ukur
Tolok ukur
keberhasilan kegiatan ini adalah:
1.Guru memahami konsep pembuatan keyakinan kelas dan penerapan
segitiga restitusi.
2. Adanya poster atau dokumen keyakinan kelas yang dipajang di
setiap kelas.
3. Guru mampu menerapkan segitiga restitusi saat menangani
permasalahan siswa.
D. Linimasa Tindakan yang Akan Dilakukan
1. Membuat
perencanaan kegiatan
2. Membuat
materi tentang budaya positif dalam bentuk slide Powerpoint
3. Berkonsultasi
dengan kepala sekolah untuk mendapatkan masukan mengenai materi yang sudah
dibuat dan penentuan jadwal sosialisasi.
4. Bekerja
sama dengan petugas sarana prasarana untuk mempersiapkan ruang presentasi.
5. Melaksanakan
presentasi/sosialisasi
6. Refleksi
kegiatan
E. Dukungan yang Dibutuhkan
1. Dukungan
berupa izin pelaksanaan kegiatan dari kepala sekolah
2. Dukungan
dari rekan sejawat/guru untuk mengikuti kegiatan sosialisasi.
3. Sarana
prasarana dan petugas yang mendukung pelaksanaan sosialisasi